31 October 2009

FITNAH

Di akhir tahiyyat dalam shalat, kita dianjurkan meminta perlindungan kepada Allah dari siksa kubur dan adzab akhirat, dari fitnah hidup, fitnah mati, dan dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Apa sesungguhnya makna fitnah dalam do’a tersebut?


Makna Satu Kata, Fitnah

Seringkali para juru dakwah menyebut-nyebut kata fitnah dalam berbagai bahasan. Seringkali pula mereka beranggapan bahwa masyarakat Indonesia sudah begitu akrab dengan kata tersebut. Padahal sesungguhnya tidaklah demikian. Berbagai realitas menunjukkan bahwa ada kesalahpahaman besar seputar pemaknaan kata tersebut di tengah masyarakat kita, saat kata itu diucapkan oleh juru dakwah. Pasalnya, kata tersebut berbeda makna dalam bahasa kita, Indonesia, dibandingkan dengan makna kata itu dalam bahasa Arab. Sementara yang kerap disampaikan para juru dakwah adalah makna kata itu dalam bahasa Arab.

Dalam bahasa Indonesia, kata fitnah seperti disebutkan dalam banyak kamus bahasa Indonesia adalah: menuduh tanpa bukti. Dalam bahasa Arab hal itu disebut buhtaan. Seperti disebutkan dalam hadits tentang ghibah.

Sehingga ketika seorang juru dakwah mengatakan, ”Seorang pria muslim tidak boleh berduaan dengan seorang wanita muslimah yang bukan mahramnya, karena dikhawatirkan terjadi fitnah...” Kebanyakan masyarakat Indonesia akan memahaminya,’...khawatir mereka berdua akan difitnah. Yakni dituduh berbuat mesum, dan sejenisnya.’ Padahal yang dimaksud oleh juru dakwah tadi adalah,’...khawatir akan terjadi bencana. Yakni bencana maksiat, mulai dari yang paling ringan, hingga perzinaan.

Makna Fitnah Dalam Al-Quran dan As-Sunnah

Dalam Al-Quran, hadits-hadits Nabi dan istilah Islam sendiri, fitnah memiliki banyak makna. Makna kata itu dalam satu ayat terkadang sangat berbeda dengan maknanya dalam ayat lain.

A. Fitnah, Bemakna Kekafiran atau Kemusyrikan

Seperti dalam Firman Allah:

”Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, ’Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar’, tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjid Al-Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.” (Al-Baqarah:217)

”Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zholim.” (Al-Baqarah: 193)

Kata fitnah di sini menurut para ulama ahli tafsir adalah ’kekafiran’ atau ’kemusyrikan’. Yakni bahwa mereka itu menyebarkan kekafiran. Sementara sebagian kaum muslimin -karena belum diberi tahu oleh Nabi- melakukan kekeliruan dengan memerangi kaum musyrik di bulan suci. Perbuatan mereka itu keliru, dalam arti tidak pantas. Tapi kekafiran kaum musyrik itu lebih besar bahayanya daripada kekeliruan berperang di bulan suci. Itulah makna yang jelas dari ayat tersebut.

Tapi semenjak dahulu, umumnya para juru dakwah di tanah air, saat menyampaikan ayat ini, tidak menjelaskan kata fitnah dalam ayat. Sehingga kebanyakan masyarakat Islam, meng-identik-kan makna fitnah tersebut, seperti dalam kosa kata bahasa kita, yaitu menuduh tanpa bukti. Akhirnya, tersebarlah makna,”fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan,” yakni bahwa menuduh orang tanpa bukti, lebih besar dosanya daripada membunuh!

Ini jelas salah kaprah Dan karena kasus-kasus seperti ini, hendaknya para juru dakwah berhati-hati dalam menyampaikan kata-kata bahasa Arab dalam berdakwah, tanpa diterjemahkan. Karena khawatir akan timbul kesalahpahaman atau ketidakmengertian di kalangan para pendengar dakwah, yang umumnya adalah masyarakat awam yang tidak mengerti bahasa Arab.

B. Fitnah, Bermakna Musibah/Bencana

Makna ini sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi Shalallahu’alaihi wasalam:

”Apabila datang kepada kalian seseorang pemuda yang kalian sukai agama dan akhlaqnya, maka nikahkanlah dia dengan putri kalian. Kalau tidak, akan terjadi fitnah (bencana) dan kerusakan yang besar di muka bumi.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan beliau berkata: ”Hadits ini hasan.”)

C. Fitnah, Bermakna Konflik

”Dialah yang menurunkan Kitab(Al-Quran) kepada kamu. Diantara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah...”(Ali Imran: 7)

Ada di antara sebagian orang Islam yang men-dewa-kan rasio/akal, dimana mereka gemar mencari penafsiran ayat melalui logika, sehingga melenceng dari tafsir yang sesungguhnya. Tujuan mereka semata-mata menyebar fitnah, yakni menimbulkan konflik dan perselisihan dengan sesama muslim.

D. Fitnah, Bermakna Kedustaan

”Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan, ”Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (Al-An’aam: 23)

Fitnah yang dimaksud dalam ayat ini adalah ucapan orang-orang musyrik yang berlumur kedustaan untuk membela diri mereka di hadapan Allah. Padahal Allah mengetahui hakikat mereka dan apa yang tersembunyi dalam hati mereka.

E. Fitnah, Bermakna Kebinasaan

”Di antara mereka ada yang berkata, ’Berilah saya izin (tidak pergi berperang), dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.’ Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (At-Taubah: 49)

Yakni bahwa kaum munafik di masa Nabi menganggap bahwa berperang bersama Nabi akan membawa kepada kebinasaan semata. Padahal, sesungguhnya mereka sudah berada dalam kebinasaan itu sendiri. Yakni dalam kemunafikan, yang akan membinasakan diri mereka di akhirat kelak.

F. Fitnah, Bermakna Korban Kezholiman

”Lalu mereka berkata,’Kepada Allah-lah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zholim.”(Yunus: 85)

Yakni do’a orang kaum beriman, agar mereka tidak dijadikan sebagai sasaran kezholiman, kesewenang-wenangan orang-orang yang suka berbuat zholim.

G. Fitnah, Bermakna Gangguan

”Dan di antara manusia ada orang yang berkata,’Kami beriman kepada Allah’, Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah.....” (Al-Ankabut: 10)

H. Fitnah, Bermakna Godaan

Ini termasuk makna fitnah yang sering digunakan dalam bahasa syariat. Fitnah kaum wanita, yakni godaan mereka. Seperti diperingatkan oleh Nabi Shalallahu’alaihi wasalam:

”Peliharalah diri kalian dari bahaya dunia dan wanita. Karena fitnah(bencana) yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah wanita.”

(Diriwayatkan oleh Muslim IV: 2089, oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya III: 99 dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya VIII: 15)


Dalam hadits ini, Nabi juga menegaskan bahwa godaan (fitnah) terberat bagi kaum lelaki adalah wanita. (...memang betul...!!!)

Yakni bahwa wanita secara fithrah memang memiliki aurat yang menggoda kaum pria. Oleh sebab itu, Islam memerintahkan kaum wanita muslimah agar mengenakan hijab yang menutupi sekujur auratnya, agar setidaknya dapat meminimalisir aura fitnah atau godaan yang memancar dari dirinya.

Semua pemaparan di atas menggambarkan bahwa kata fitnah yang disebutkan dalam banyak ayat Al-Quran dan Hadits, memiliki makna yang beragam. Namun intinya bahwa fitnah dalam bahasa syariat selalu terkait dengan sesuatu yang harus dihindari atau sesuatu yang membahayakan. Godaan, gangguan, musibah, bencana, kekafiran, atau konflik, kesemuanya adalah hal-hal buruk yang berbahaya, dan harus dihindari oleh setiap muslim dan muslimah. Maka disebutlah semua itu sebagai FINAH.


اللهم إني أعوذبك من عذاب جهنم ومن عذاب القبر ومن فتبة المحيا والممات ومن شر فتنة المسيح الدجال


"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan dan fitnah setelah mati, serta dari kejahatan fitnah al-Masih ad-Dajjal."

[HR. Muslim no.588(128) dari Abu Hurairah)


Sumber: Majalah NIKAH Vol. 7 No.3, Juni-Juli 2008 dengan sedikit perubahan.

0 comments:

Post a Comment