31 July 2009
..
28 July 2009
Dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
“Sesungguhnya Nabi Sholallohu ‘alaihi wasalam melarang membunuh 4 hewan, yaitu semut, lebah, burung Hud-hud & burung Shurad.” [HR. Ahmad, dengan sanad yg shahih]
Dari Abdurrahman Bin Utsman, bahwasanya seorang tabib bertanya kepada Nabi Sholallohu ‘alaihi wasalam tentang katak yg dijadikan obat, lalu beliau melarang membunuhnya.” [HR. Ahmad, Abu Daud & Ibnu Majah]
Dari ‘Aisyah, beliau berkata, Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasalam bersabda :
خمس من الدواب كلهم فواسق , يقتلن في الحل وفي الحرم : الغراب, ولحدأة, والعقرب, والفأرة, والكلب العقور
“Lima dari binatang yg semuanya jelek & merusak, dibunuh di luar tanah suci & di tanah suci, yaitu Gagak, Rajawali, Kalajengking, Tikus & Srigala.”
[Muttafaq ‘Alaihi]
Nabi Sholallohu ‘alaihi wasalam bersabda
خمس فواسق يقتلن في الحل والحرم : الحية والغراب الأبقع والفأرة والكلب العقور والحديا
“Lima binatang jelek & merusak boleh dibunuh diluar tanah suci & di tanah suci, yaitu Ular, Gagak yg ada warna putih di perut & punggungnya, Tikus, Srigala & Rajawali.” [HR. Muslim]
Dari Ummu Syarik Rodhiallohu‘anha, bahwasanya Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wasalam memerintahkan membunuh Cicak.”
[HR. Bukhari]
Labels: Fiqh
22 July 2009
[ HR. Muslim]
Begitulah sabda Rosululloh. Nah, demi menjalankan sunnah Beliau tersebut maka ketika ada undangan untuk menghadiri walimatul ursy Ukhti Ani, pada hari ahad 19 juli kemarin, kami berdua (saya dan Akh Agung) pergi ke Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Acara walimahan-nya memang diadakan disana dan disanalah Ukhti Ani tinggal. Beliau dulu adalah teman kami satu kampus. Kabarnya, dia dapat suami seorang ikhwan dari
Banyak kisah menarik dan pelajaran yang bisa saya ambil dari perjalanan kami kemarin. Berikut ini akan saya ceritakan.
Sabtu siang, 18 Juli selepas sholat zhuhur saya mempersiapkan perlengkapan untuk perjalanan. Pakaian secukupnya untuk tiga hari dan uang saku seadanya. Pada awalnya saya tak ada rencana sama sekali pergi ke Tanjabtim karena sebenarnya yang dapat undangan adalah Akh Agung. Waktu itu dia bilang, “Mas, ikut aja yuk, sekalian biar saya ada kawannya”. Saya pun memutuskan untuk ikut karena saya rasa ini akan jadi perjalanan dan pengalaman menarik. Ini adalah kali kedua saya akan menginjakkan kaki di bumi Tanjabtim. Yang pertama ketika ada acara sosialisasi Survey Minyak Tanah Bersubsidi tahun 2008 lalu di kantor Bupati Tanjabtim.
Sekitar jam setengah tiga sore, dengan mengendarai Revo-nya Akh Agung kami pun berangkat dari
Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Jam setengah
Sampai di rumah, saya disambut dengan keramahan dan suasana akrab oleh kedua orang tua Akh Agung. Begitulah memang potret masyarakat pedesaan yang bersahaja. Tampaknya mereka begitu gembira dengan kedatangan anaknya, walaupun hampir tiap pekan Akh Agung pulang kampung. Sebenarnya wajar saja karena dia itu anak semata wayang satu satunya, kebanggaan keluarga, calon sarjana pertanian, masih lajang pula. (Hayooo… siapa berminat? Nanti saya comblangin).
Malam harinya kami menyempatkan diri mengunjungi rumah Mas Siswantoro. Dia juga salah satu dari kami bertiga yang sama-sama tinggal di markas DPD PKS Muaro Jambi. Rumahnya masih tetangga satu desa tapi beda dusun. Beberapa hari sebelumnya sesudah ujian semester di kampusnya, dia memang sudah pulang kampung duluan. Disana kami membahas rencana besok paginya untuk berangkat bareng ke Nipah Panjang.
Hari ahad jam sembilan pagi kami pun meluncur ke TKP(Tempat Kejadian Pernikahan). Dengan dua motor kami berangkat berempat, yaitu saya sendiri dibonceng Mas Siswantoro dengan Vega R-nya. Sedangkan Akh Agung memboncengkan Akh Ardi dengan Revo-nya. Dalam perjalanan kami melewati beberapa wilayah kecamatan. Start dari Kecamatan Dendang, berjalan melalui Sabak Timur dan Rantau Rasau. Di Desa Bandar Jaya Kecamatan Rantau Rasau, kami sempat mampir di pasar untuk beli kado. Perjalanan pun kami lanjutkan. Cukup jauh dan melelahkan. Dengan kecepatan motor yang tinggi membuat saya yang dibonceng di belakang merasa seperti terbang, ditambah lagi kondisi jalan yang kasar dan masih berupa tanah yang dilapisi dengan batu-batu kerikil yang tajam. Buntut ini terasa sakit dan perut terasa diguncang-guncang.
Satu pengalaman baru saya dapatkan ketika kami harus menyeberangi sungai dengan perahu sewa-an. Rupanya ini memang sudah lazim dilakukan di
Jam sebelas siang sampailah kami di tujuan. Di
Kedua mempelai didudukkan berdampingan di pelaminan di depan para tamu undangan setelah terlebih dahulu sungkem dihadapan orang tua dan mertua baru mereka. Sementara itu masing-masing kedua orang tua mempelai duduk di kanan-kirinya. Di sebelah pelaminan ada panggung tersendiri yang diatasnya sudah disiapkan alat musik organ tunggal. Dua orang biduanita pun sudah stand by, siap menjalankan tugas.
Sebenarnya prosesi perkawinan adat jawa itu cukup rumit, biasanya pake ada nginjak telor segala, tapi kali ini tampaknya sudah disederhanakan. Bahkan bisa dibilang tanggung. Contohnya saja, walaupun acara walimah dilakukan dengan adat jawa, namun ternyata baik pembawa acara maupun kata-kata sambutan dan nasihat pernikahannya memakai bahasa nasional dicampur bahasa melayu dengan pantun-pantunnya yang khas. Memang wajar sih, karena masyarakat di sekitar sono emang ber-ragam latar belakangnya, tidak hanya etnis jawa saja.
Menjelang waktu zhuhur, setelah puas menikmati hidangan yang disediakan tuan rumah, kami pun berpamitan dengan yang punya hajat. Tak lupa kami pun memberikan sekedar kado kenang-kenangan dan ucapan selamat kepada kedua mempelai:
Kami ber-empat (yg semuanya masih jomblo) juga berdoa dalam hati semoga bisa segera mengikuti jejak mereka untuk menunaikan setengah Dien ini. Aamiin.
Labels: Pengalaman
17 July 2009
Salah satu faktor yang berperan penting bagi generasi awal di masa keemasan islam mampu menghasilkan karya-karyanya yang cemerlang adalah budaya membacanya. Bagi para ulama dahulu, buku telah menjadi sahabat karib, bahkan sudah seperti kekasih. Wajar saja bila ada dari istri-istri mereka yang merasa cemburu kepada buku.
Sayang, generasi sekarang tak banyak yang mengikuti jejak mereka. Tingkat baca yang rendah, lebih banyak nonton TeVe (termasuk ane juga he..he..). Padahal jaman dulu ‘kan banyak keterbatasannya, gak se-enak dijaman digital seperti sekarang. Bayangkan…. sekarang isi buku satu perpustakaan bisa disimpan dalam satu keping cakram.
Sebenarnya aku sendiri termasuk orang yang suka baca lho…walaupun intensitasnya masih tergolong rendah. Mulai dari buku umum, buku agama, novel, komik, de-el-el. Buku umum yang isinya berkaitan dengan sejarah paling kusuka. Selain itu, buku fiqih juga bikin aku semangat bacanya. Novel silat karya Bang Abas (Almarhum Bastian Tito) yang paling jadi favoritku, tertama serial Wiro Sableng.
Aku nih punya mimpi(baca:cita-cita) bikin perpustakaan islami sendiri. Mau kubuat perpustakaan yang isinya buku-buku, majalah islam atau yang lainnya dengan berbagai kategori, seperti Aqidah, Fiqih dan Siroh. Maka nya sampai saat ini aku rajin ngoleksi buku. Kalo lagi dapat rezeki kucoba menyisihkan untuk beli buku. Tidak harus mahal, yang penting isinya banyak manfaat. Kadang buku-buku atau majalah bekas pakaipun kubeli. Sering juga dapat buku bagus dan bermutu di toko buku loakan. Pernah ada nemuin sebuah buku kecil -waktu itu pas ada “cuci gudang” di Tropi- isinya tentang ilmu aqidah, dijual dengan harga seribu rupiah. Wah, kayaknya penjualnya gak tau kalo buku itu sebenernya tinggi banget nilainya. Padahal dengan mengamalkan isi buku itu, insyaAlloh orang bisa masuk sorga. Bayangin aja, ilmu akherat dihargai seribu rupiah.
Untuk dapetin buku bagus dengan harga murah memang harus pandai-pandai kita untuk cari kesempatan. Misalnya kalo lagi ada pameran buku atau book fair, buruan deh… atau kalo pas ada musim diskon. Biasanya kalo Ramadhan banyak buku-buku agama didiskon. Kalo perlu yang bajakanpun oke juga (He..he..). Milih buku pun harus jeli, karena gak semua buku lurus fikrohnya. Banyak buku sesat yang dijual bebas tapi bisa Best Seller.
Sejak masih EsDe di kampung dulu, aku udah gemar ngoleksi buku. Waktu itu paling suka beli komik Gareng Petruk karya Tatang S. Terus seneng juga ngumpulin komik kisah para Nabi, majalah Bobo dan Ananda. Tapi semua koleksi komik-ku itu kini udah pada lenyap entah kemana karena tak terawat sejak pindah sekolah SMU di kota. Yang masih eksis tinggal koleksi novel silat Wiro Sableng.
Tentang Novel Wiro Sableng yang legendaris ini ada ceritanya sendiri. Pertama kali kenal sama ini novel gara-gara dikenalin oleh Bapakku waktu kelas empat Es De. Ternyata Bapak dulu juga seneng bacanya. Ternyata emang keren banget Bro…. Waktu Es-Em-Pe novel ini sering kubawa ke kelas, dibaca bareng temen-temen kalo pas gak ada guru. Pernah kena razia sama guru, mungkin dikiranya novel porno. Saking nge-Fans-nya, kukumpulin terus sampe zaman kuliah. Tapi sejak meninggalnya Bang Abas tahun 2006 lalu, berhenti deh ngoleksi Si Wiro. Tapi Alhamdulillah masih bisa dapetin versi PDF-nya di internet, hasil berbagi sama teman-teman di komunitas penggemar karya Bang Abas.
Nah Sejak masa kuliah itu mulailah kenal sama yang namanya pengajian islam di kampus. Terus mulai deh ngoleksi buku ato majalah keislaman. Mulai dari Sabili, Tarbawi, Saksi sampai Ghoib. Kadang-kadang Annida atau Ummi. Ada juga Majalah As-Sunnah, Qiblati, Elfata, Asy-syari’ah, Fatawa, Al-Furqon dan NIKAH. Anehnya, waktu kuliah dulu tak banyak buku kuliah yang kubeli, mungkin cuma beberapa buku yang masih bisa dihitung pake jari tangan, sebagian foto kopian pula dan lebih banyak buku agama yang kupunya. Padahal kuliah udah ngabisin waktu 7 taon tuh (wuekh…!!! jadi mahasiswa abadi).
Sampai kini koleksiku memang belum banyak, tapi lumayanlah… bisa jadi bahan referensi, minimal untuk diri sendiri. Hitung-hitung bisa juga dipake dakwah kecil-kecilan dengan minjemin ke orang lain. Soalnya aku ‘kan gak pandai dakwah dengan ngomong di depan orang banyak. Tapi sayang beberapa koleksiku yang dipinjam teman gak pada balik lagi, pada lupa (atau pura-pura lupa) balikinnya, ikhwah juga sih yang minjem. Tapi husnuzhon aja, mungkin karena ukhuwahnya terlalu erat, terus ngerasa ikut memiliki, jadi ya nggak dibalikkin deh…. He..he..
Labels: Pengalaman
14 July 2009
Dari Abu Hurairah Rodhialloh’anhu bahwa seseorang berkata kepada Nabi Sholallohu ‘alaihi wasallam, “Berwasiatlah kepadaku.” Beliau Bersabda : “Jangan marah!” Beliau mengulanginya berkali-kali, dengan ucapan, “Jangan marah!”
[HR. Bukhari, no. 6116]
PENJELASAN HADITS :
Imam an-Nawawi berkata :
Sabda Beliau, “Jangan marah.” Artinya jangan luapkan amarahmu. Larangan tersebut bukan merujuk pada kemarahan itu sendiri, karena itu merupakan tabiat manusia, dan manusia tidak akan sanggup mengenyahkannya.
Seseorang datang kepada Nabi Sholallohu’alaihi wasallam, lalu mengatakan, ‘Wahai Rosululloh, ajarkan kepadaku tentang suatu ilmu yang mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka.’ Beliau bersabda : “Jangan marah, dan kamu mendapatkan surga”
[HR. Thabrani ]
Imam Ibnu Daqiq al-‘Id Berkata :
Penulis (kitab) al-Ifshah mengatakan, boleh jadi Nabi telah mengetahui orang ini banyak marah, lalu Beliau mengkhususkannya dengan wasiat ini. Nabi telah memuji orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika sedang marah dengan sabdanya :
“Orang yang kuat itu bukanlah dengan bergulat, tetapi orang yang kuat ialah yang mampu menguasai dirinya ketika marah.”
[HR. Bukhari, no. 6114 dan Muslim, no.2609]
Disebutkan dalam hadits, “Sesungguhnya kemarahan itu berasal dari setan.” Karenanya, dengan kemarahan tersebut manusia keluar dari keadaannya yang lurus, berbicara dengan kebatilan, melakukan suatu yang tercela, meniatkan kedengkian dan permusuhan, serta hal-hal tercela lagi diharamkan lainnya. Semua itu berasal dari kemarahan- seoga Alloh melindungi kita darinya.
Disebutkan dalam hadits Sulaiman bin Shard, “Bahwa meminta perlindungan kepada Alloh dari setan yang terkutuk dapat menghilangkan kemarahan.” Sebab, setan lah yang menghiasi kemarahan (sehingga nampak baik). Setiap orang yang menginginkan perkara yang berakibat baik, maka setan menyesatkan dan menjauhkannya dari ridho Alloh. Memohon perlindungan kepada Alloh darinya merupakan senjata paling kuat untuk menolak tipu dayanya.
Syaikh as-Sa’di berkata :
Orang ini menyangka bahwa ini adalah pesan yang bersifat parsial, sedangkan ia ingin agar Nabi berpesan kepadanya dengan ucapan yang bersifat universal. Karena itu ia mengulanginya. Ketika nabi mengulangi ucapan yang sama, maka ia tahu bahwa ini adalah ucapan jami’ (ringkas tapi padat maknanya). Sabda Nabi, “Jangan marah!” berisi dua perkara penting :
Pertama, perintah supaya melakukan berbagai upaya dan senantiasa berakhlak mulia: santun dan sabar, serta menyiapkan dirinya menghadapi perilaku yang biasa dilakukan manusia berupa ucapan dan perbuatan yang menyakitkan.
Kedua, perintah – sesudah marah – agar tidak meluapkan kemarahannya. Karena kemarahan, pada umumnya, manusia tidak dapat menolaknya, tetapi mampu untuk tidak meluapkannya.
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata :
- Wasiat ialah pesan kepada seseorang dengan perkara yang penting. Orang ini meminta kepada Nabi agar berwasiat kepadanya, maka beliau bersabda, “Jangan marah!” Nabi beralih dari wasiat dengan takwa, yang dengannya Alloh berwasiat kepada umat ini dan berwasiat kepada kaum yang diberi kitab sebelum kita, kepada sabdanya, karena beliau tahu kondisi orang tersebut, wallohu a’lam apakah dia sering marah oleh karena itu Beliau berwasiat “Jangan marah!” Yang dimaksud bukanlah melarang marah yang merupakan salah satu tabiat manusia. Tetapi, maksudnya, kuasailah dirimu ketika marah, dengan tidak meluapkan tuntutan kemarahan.
- Seorang mufti dan pendidik semestinya memperhatikan keadaan orang yang meminta fatwa dan orang yang diberi pelajaran, serta berbicara kepadanya sesuai keadaan yang menuntutnya; kendatipun seandainya ia berbicara dengan selainnya, maka ia berbicara dengan topik pembicaraan yang lain.
Sumber : Kitab Syarah Arbain An-Nawawi, karya Sayyid bin Ibrahim al-Huwaithi, Penerbit DARUL HAQ
03 July 2009
02 July 2009
".... Sagunging para pepunden, para pinisepuh ingkang minulya! kaparenga kula nyuwun idi palilah, awit saking pamundhutipun Bapak saha Ibu.....(sebutin nama tuan rumah yang punya hajat) kula kadhawuhan ngaturaken ular-ular minangka sangunipun gesang putra temanten kekalih. Mbok menawi wonten kelnta-klentunipun atur, kirang trapsilanipun atur,mugi-mugi kersoa ngluberaken samudra pangaksami.
Putra temanten kekalih!
Sinaosa panjenengan sampun dewasa, lan sampun kathah pangertosan ing babagan gesang,minangka tiyang sepuh keparenga kula caos pemut. menawi pemut menika kawawas mupangatipun, mangga kagem cepengan tamabahan gesang, ewadene menawi kawawas kirang mranani penggalih, kula nyuwun gungan pangaksami......."
Rosululloh bersabda:
itu, semuanya baik baginya. Sesungguhnya semua itu tidaklah dimiliki melainkan
oleh orang Mukmin. Bila ia diberi kegembiraan maka ia bersyukur dan hal itu baik
baginya. bila ia ditimpa mudhorot ia bersabar maka hal itu baik
baginya."