24 November 2009
Imam Ibnu Manzhur rahimahullah berkata tentang silaturrahim: “Al-Imam Ibnul-Atsir rahimahullah berkata, ‘Silaturrahim adalah ungkapan mengenai perbuatan baik kepada karib kerabat karena hubungan se-nasab atau karena perkawinan, berlemah lembut kepada mereka, menyayangi mereka, memperhatikan keadaan mereka, meskipun mereka jauh dan berbuat jahat. Sedangkan memutus silaturrahim adalah lawan dari hal itu semua’.”[Lisaanul ‘Arab XV/318]
Dari pengertian di atas, maka silaturrahim hanya ditujukan pada orang-orang yang memiliki hubungan kerabat dengan kita, seperti kedua orang tua, kakak, adik, paman, bibi, keponakan, sepupu, dan lainnya yang memiliki hubungan kerabat dengan kita.
Sebagian besar kaum Muslimin salah dalam menggunakan kata silaturrahim. Mereka menggunakannya untuk hubungan mereka dengan rekan-rekan dan kawan-kawan mereka. Padahal silaturrahim hanyalah terbatas pada orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan kita. Adapun kepada orang yang bukan kerabat, maka yang ada hanyalah Ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan Islam).
Silaturrahim yang hakiki bukanlah menyambung hubungan baik dengan orang yang telah berbuat baik kepada kita, namun silaturrahim yang hakiki adalah menyambung hubungan kekerabatan yang telah retak dan putus, dan berbuat baik kepada kerabat yang berbuat jahat. Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam bersabda:
Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan, tetapi orang yang menyambungnya adalah orang yang menyambung kekerabatannya apabila diputus. [HR. al-Bukhari (no. 5991), Abu Dawud (no. 1697), at-Tirmidzi (no. 1908)]
Imam al-‘Allamah ar-Raghib al-Asfahani rahimahullah menyatakan bahwa rahim berasal dari kata rahmah yang berarti lembut, yang memberi konsekuensi berbuat baik kepada orang yang disayangi. [Mufradat al-Fazhil-Qur’an]
Ar-Rahim, adalah salah satu nama Allah. Rahim (kekerabatan), Allah letakkan di ‘Arsy. Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam bersabda:
Rahim (kekerabatan) itu tergantung di ‘Arsy. Dia berkata, “Siapa yang menyambungku, Allah akan menyambungnya. Dan siapa yang memutuskanku, Allah akan memutuskannya. [HR. al-Bukhari (no. 5989), dan Muslim (no. 2555)]
Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam mengaitkan antara menyambung silaturrahim dengan keimanan terhadap Allah dan hari akhir. Beliau bersabda:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung silaturrahim. [HR. al-Bukhari (no.6138)]
Dengan bersilaturrahim, Allah akan melapangkan rezeki dan memanjangkan umur kita. Sebaliknya, orang yang memutuskan silaturrahim, Allah akan sempitkan rezekinya atau tidak diberikan keberkahan pada hartanya. Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam bersabda:
Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung talisilaturrahim. [HR. al-Bukhari (no. 5986), dan Muslim (no. 2557)]
Adapun haramnya memutuskan silaturrahim telah dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam dalam sabdanya:
Tidak masuk surga, orang yang memutuskan silaturrahim. [HR. al-Bukhari (no. 5984), dan Muslim (no. 2556)]
Bersilaturrahim dapat dilakukan dengan cara mengunjungi karib kerabat, menanyakan, kabarnya, memberikan hadiah, bersedekah kepada mereka yang miskin, menghormati mereka yang ber-usia lebih tua dan menyayangi yang lebih muda dan lemah,serta menanyakan teruskeadaan mereka, baik dengan cara datang langsung, melalui surat, maupun dengan menghubunginya lewat telepon ataupun SMS.
Bisa juga dengan meminta mereka untuk bertamu, menyambut kedatangannya dengan suka cita, memuliakannya, ikut senang bila mereka senang, ikut sedih bila mereka sedih, mendoakan mereka dengan kebaikan, tidak merasa dengki terhadapnya, mendamaikannya bila berselisih, dan bersemangat untuk mengokohkan hubungan diantara mereka.
Bisa juga dengan menjenguknya bila sakit, memenuhi undangannya, dan yang paling mulia ialah bersemangat untuk berdakwah dan mengajaknya kepada hidayah, tauhid, dan Sunnah, serta menyuruh mereka melakukan kebaikan dan melarang mereka melakukan dosa dan maksiat.
Silaturrahim yang paling utama adalah silaturrahim kepada kedua orang tua. Orang tua adalah kerabat yang paling dekat, yang memiliki jasa yang sangat besar, mereka memberikan kasih dan sayangnya sepanjang hidup mereka. Menyambung silaturrahim dan berbuat baik kepada kedua orang tua adalah wajib berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebaliknya memutus silaturrahim dan durhaka kepada kedua orang tua adalah haram dan termasuk dosa besar.
Kesimpulannya, silaturrahim memiliki sekian banyak manfaat yang sangat besar, diantaranya sebagai berikut:
- Dengan bersilaturrahim, berarti kita telah menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.
- Akan menumbuhkan sikap saling tolong menolong dan mengetahui keadaan karib kerabat.
- Allah akan meluaskan rezeki dan memanjangkan umur kita.
- Kita dapat menyampaikan dakwah, menyampaikan ilmu, menyuruh berbuat baik, dan mencegah berbagai kemunkaran yang mungkin akan terus berlangsung apabila kita tidak mencegahnya.
- Silaturrahim sebagai sebab seseorang masuk surga.
Maraji’: Majalah As-Sunnah (6-7)/Tahun XI/1428H/2009
Labels: Fiqh
0 comments:
Post a Comment