18 September 2009
Sabtu, 29 Ramadhan 1430 H/19 September 2009
Sepekan sudah aku berada di tanah Jawa. Ya, karena sejak tanggal 12 September kemaren, setelah selama dua hari dua malam di perjalanan dari Pulau Andalas, aku menginjakkan kaki di tanah tempat tinggal Kakek moyangku, tepatnya di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah yang terkenal dengan sejarahnya, pendidikan, budaya dan idustri kulinernya. Kami sekeluarga memang sedang Safar untuk menziarahi keluarga di Jawa untuk mempererat tali silaturrahim dengan saudara-saudara yang sudah sejak lama tak berjumpa. Yang pergi Aku, Emak dan dua adikku, sedang Bapak tinggal di Jambi.
Bagiku perjalanan ke Jawa ini sebenarnya rencana mendadak, karena hari Rabu tanggal 19 September kemarin Bapak telpon dan cuma bilang aku harus pulang ke rumah. Ternyata sampai di rumah disuruhnya aku nemani Ibu dan adik-adik beragkat ke Jawa. Aku sih oke-oke saja. Lagian udah 13 tahun tak melihat keindahan pulau Jawa dan pengen juga ngerasain lebaran di Jogja.
Ini adalah untuk yang ke-4 kalinya aku pergi ke pulau tempat kelahiran Bapak dan Emak. Yang pertama kalo gak salah waktu umur 3 atau 4 taon, yang kedua waktu kelas 1 SD. Nah saat itu aku sempat ngerasain sekolah di Jawa selama 4 Bulan ( satu Catur Wulan), terus balik lagi ke Jambi karena gak kerasan, padahal awalanya aku pengen sekolah di jawa karena alasan yang naif dan bodoh sekali. Tau nggak? waktu kelas 1 SD di Pamenang aku takut sama pelajaran Agama Islam. Padahal kalo dipikir Pak Gurunnya baik sekali. Gara-garanya pernah disuruh baca doa Iftitah aku nggak bisa dan jadi trauma padahal Gurunya tak Marah. DasarAnak-anak..!
Nggak taunya setelah sekolah di jawa timbul trauma baru. Aku selalu takut kalo disuruh menulis tegak bersambung. Akhirnya baliklah lagi ke Jambi dengan membawa rapor yang berwarna-warni.
Untuk kedua kali aku ke Jawa pas udah naik kelas 2 SMP. Cuma aku sama Bapak yang pergi. waktu itu kira-kira tahun '96. Nah untuk sekarang ini yang ke-4 kalinya.
Banyak pengalaman unik kudapati di sini yang tak pernah atau jarang sekali kutemui di Jambi. Ada tentang pasar tradisional, landskape, sawah, penduduk, aktifitas sehari-hari dan banyak lagi. InsyaAlloh nanti kalo ada kesempatan aku cerita lagi untuk teman-teman...
Sepekan sudah aku berada di tanah Jawa. Ya, karena sejak tanggal 12 September kemaren, setelah selama dua hari dua malam di perjalanan dari Pulau Andalas, aku menginjakkan kaki di tanah tempat tinggal Kakek moyangku, tepatnya di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah yang terkenal dengan sejarahnya, pendidikan, budaya dan idustri kulinernya. Kami sekeluarga memang sedang Safar untuk menziarahi keluarga di Jawa untuk mempererat tali silaturrahim dengan saudara-saudara yang sudah sejak lama tak berjumpa. Yang pergi Aku, Emak dan dua adikku, sedang Bapak tinggal di Jambi.
Bagiku perjalanan ke Jawa ini sebenarnya rencana mendadak, karena hari Rabu tanggal 19 September kemarin Bapak telpon dan cuma bilang aku harus pulang ke rumah. Ternyata sampai di rumah disuruhnya aku nemani Ibu dan adik-adik beragkat ke Jawa. Aku sih oke-oke saja. Lagian udah 13 tahun tak melihat keindahan pulau Jawa dan pengen juga ngerasain lebaran di Jogja.
Ini adalah untuk yang ke-4 kalinya aku pergi ke pulau tempat kelahiran Bapak dan Emak. Yang pertama kalo gak salah waktu umur 3 atau 4 taon, yang kedua waktu kelas 1 SD. Nah saat itu aku sempat ngerasain sekolah di Jawa selama 4 Bulan ( satu Catur Wulan), terus balik lagi ke Jambi karena gak kerasan, padahal awalanya aku pengen sekolah di jawa karena alasan yang naif dan bodoh sekali. Tau nggak? waktu kelas 1 SD di Pamenang aku takut sama pelajaran Agama Islam. Padahal kalo dipikir Pak Gurunnya baik sekali. Gara-garanya pernah disuruh baca doa Iftitah aku nggak bisa dan jadi trauma padahal Gurunya tak Marah. DasarAnak-anak..!
Nggak taunya setelah sekolah di jawa timbul trauma baru. Aku selalu takut kalo disuruh menulis tegak bersambung. Akhirnya baliklah lagi ke Jambi dengan membawa rapor yang berwarna-warni.
Untuk kedua kali aku ke Jawa pas udah naik kelas 2 SMP. Cuma aku sama Bapak yang pergi. waktu itu kira-kira tahun '96. Nah untuk sekarang ini yang ke-4 kalinya.
Banyak pengalaman unik kudapati di sini yang tak pernah atau jarang sekali kutemui di Jambi. Ada tentang pasar tradisional, landskape, sawah, penduduk, aktifitas sehari-hari dan banyak lagi. InsyaAlloh nanti kalo ada kesempatan aku cerita lagi untuk teman-teman...
Labels: Pengalaman
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
pak, paaak..
tau dak, kita digosipin!
wakakak, sakit perut ane!!!
Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji'uun....
Post a Comment